Mengenal Indonesia Melalui Monumen Paling Barat Nusantara Tugu Kilometer 0 Pulau Sabang
Wisata Holik - Aceh yang merupakan provinsi paling barat Indonesia, memiliki pesona yang ditawarkan oleh provinsi yang mendapat sebutan Serambi Makkah ini. Serambi Makkah sendiri disematkan pada Provinsi Aceh karena berbagai hal.
- Pertama, karena Aceh merupakan daerah yang menjadi pintu masuknya islam ke Nusantara. Dari Aceh, islam sangat mudah berkembang ke seluruh penjuru Nusantara. Hal ini dapat terjadi karena dukungan mubaligh-mubaligh Aceh yang telah mempelajari islam, bersedia meninggalkan kampung halaman dan merantau ke berbagai daerah di Nusantara untuk menyebarkan agama Islam.
- Kedua, Aceh pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan agama islam di Nusantara, karena adanya Universitas Baiturrahman. Mahasiswa yang menuntut ilmu di universitas tersebut bukan hanya dari daerah yang ada di Indonesia, melainkan juga dari beberapa negara Asia dan Timur tengah, seperti Brunei Darussalam, Palestina dan Turki.
- Ketiga, karena Kerajaan Aceh Darussalam pernah mendapat pegakuan dari Khalifah Islam Turki yang menyatakan bahwa Kerajaan Aceh adalah “pelindung” bagi kerajaan-kerajaan islam lainnya di Nusantara.
- Keempat, Sabang pernah menjadi pelabuhan Haji bagi kaum muslim Nusantara yang hendak menunaikan ibadah Haji ke Makkah. Karena Aceh berbatasan dengan Samudera Hindia, maka calon jamaah Haji yang akan berangkat ke Makkah, biasanya akan beristirahat terlebih dahulu selama beberapa waktu di Sabang sebelum akhirnya kapal kembali berlayar mengarungi Samudera Hindia.
- Kelima, Aceh dan Makkah memiliki banyak kesamaan, diantaranya: mayoritas masyarakat memeluk agama islam dan menjalankan tata kehidupan secara islami. Kekhasan Aceh yang yang sangat kental akan nuansa islami ini, yang kemudian menjadikan karakteristik tersendiri bagi Aceh.
Selain keunikan yang dimiliki oleh Aceh karena menjunjung nilai-nilai islami dalam seluruh lini kehidupan, Aceh masih memiliki beragam pesona yang menjadikannya sebagai salah satu daerah menarik yang ada di Indonesia untuk digali. Nilai-nilai budaya dan nilai-niliai islami yang sangat kental di Aceh, menjadikan penduduk Aceh mengembangkan beragam kebudayaan yang khas sebagaimana daerah-daerah yang ada di Indonesia, Aceh pun memiliki beragam budaya yang sangat khas dan dapat menggambarkan Aceh. Kita tentu mengenal tari Saman yang merupakan tarian khas Aceh yang pada awalnya digunakan sebagai media penyebaran agama islam, serta tari tarek puket yang merupakan tarian yang diangkat dari kehidupan nelayan pesisir pantai Aceh yang sedang membuat jaring atau pukat penangkap ikan. Selain kedua tarian tersebut, masih banyak lagi kebudayaan Aceh lainnya yang sangat memikat untuk dinikmati.
Selain kekayaan budaya yang dimiliki Aceh yang menjadikannya istimewa, melainkan bentang alam yang dimiliki Aceh sangat menarik perhatian. Berada di antara selat Malaka dan Samudera Hindia menjadikan Aceh memiliki sejarah panjang dalam garis perdagangan maritim. Banyaknya aktivitas perdagangan yang melalui Aceh, menjadikan banyak orang mengeksplor kekayaan alam Aceh, sehingga Aceh dikenal dengan provinsi yang memiliki kekayaan alam yang menarik. Keindahan alam yang menjadi potensi bagi Aceh ini menjadikan pemerintah Aceh semakin gencar untuk mempromosikan Aceh sebagai salah satu destinasi wisata bahari yang dimiliki Indonesia.
1. Mengenal Lebih Dekat Wisata Indonesia melalui Sabang
Daerah di Aceh yang tengah menjadi sorotan karena kekayaan alamnya adalah kota Sabang. Sabang diketahui memiliki daerah wisata yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa destinasi wisata yang ada di Sabang diantaranya Pulau Ronde, Wisata Bawah Laut Rubiah, Pantai Iboih dan lain-lain. Keindahan alam Sabang ini menjadikan pemerintah daerah Sabang mengadakan acara Sail Sabang pada tahun 2017 lalu, untuk lebih mengenalkan Sabang sebagai destinasi wisata bahari yang berada di wilayah paling Barat Indonesia.
Sebagai wilayah yang menjadi pintu masuk ke Nusantara, Sabang juga memiliki sejarah yang panjang. Secara geografis, Sabang merupakan wilayah paling utara yang berbatasan langsung dengan negara Malaysia, Thailand dan India. Lebih tepatnya, wilayah Kota Sabang berbatasan dengan Selat Malaka di bagian Utara, Samudera Hindia di sebelah Selatan, Selat Malaka di sebelah Timur dan Samudera Hindia si Barat. Kondisi geografis ini menjadikan Sabang lebih dikenal dengan wilayah maritim karena dikelilingi oleh lautan. Hal ini juga menjadikan Sabang tersusun atas berbagai pulau kecil yang mengitarinya. Pulau-pulau yang masuk ke dalam wilayah Sabang diantaranya, Pulau Klah, Pulau Rondo, Pulau Rubiah, Pulau Seuloka dan Pulau Weh.
Sebagaimana yang telah dikemukakan, Sabang memiliki sejarah yang panjang dalam jalur perdagangan internasional. Berdasarkan catatan sejarah, sebelum perang dunia II, Sabang menjadi pelabuhan terpenting bagi pemerintah Kolonial Belanda. Kala itu, Sabang dibuka menjadi pelabuhan bebas, yang kemudian pemerintah Belanda mulai meningkatkan fasilitas dan sarana penunjang pelabuhan. Kemudian, perang dunia II yang juga melibatkan Belanda, turut juga membawa dampak pada Sabang. Sabang tidak lagi menjadi wilayah kekuasaan Belanda, melainkan Sabang telah diduduki oleh Jepang. Bahkan sejarah mencatat bahwa Sabang pernah dijatuhi bom oleh pesawat sekutu, yang menyebabkan berbagai kerusakan.
Setelah era kemerdekaan, Sabang masih menjadi bagian penting dari RIS. Sabang diketahui menjadi pusat pertahanan Angkatan Laut Republik Indonesia Serikat. Kemudian, ketika pemerintahan Indonesia telah kembali utuh, dengan menyandang nama NKRI, Sabang berupaya dikembalikan lagi menjadi Pelabuhan Bebas dan Kawasan Perdagangan Bebas. Namun, kebijakan ini silih berganti mengalami perubahan karena berbagai kebijakan, hingga akhirnya pada tahun 2004 aktivitas perdagangan bebas Sabang mulai terhenti karena adanya gejolak dari sebagian masyarakat Aceh, yang kemudian wilayah Aceh ditetapkan sebagai Daerah Darurat Militer. Kemudian masih segar diingatan bagaimana Tsunami Aceh yang terjadi pada 2006, menjadikan hampir semua wilayah Aceh porak poranda, namun karena kondisi geografis Sabang, Sabang termasuk wilayah yang tidak mengalami kerusakan yang parah, sehingga Sabang dijadikan wilayah penyaluran bantuan untuk wilayah Aceh lainnya.
Pada saat ini sabang lebih diupayakan untuk dikenalkan sebagai salah satu destinasi wisata. Sebagai upaya mengenalkan Sabang sebagai salah satu destinasi wisata Indonesia, pemerintah tengah berupaya meningkatkan fasilitas yang ada di Sabang, guna memberikan kenyamanan bagi para wisatawan selama di Sabang. Tidak hanya melengkapi pelabuhan, pemerintah juga berupaya memperpaiki akses jalan menuju Sabang. Sehingga jalan di Sabang, terutama yang mengarah ke lokasi wisata perlahan-lahan sangat terlihat perbedaannya.
2. Lokasi Wisata dan Akses Menuju 0 Km Indonesia
Tugu 0km sendiri terletak di Sabang, tepatnya di Pulau Weh, Desa Iboih Ujong Ba’u Kecamatan Sukakarya. Jika Anda berangkat dari luar kota dan menggunakan pesawat, Anda akan sampai di Bandara Sultan Iskandar Muda. Setelah sampai di Bandara ini, Anda perlu melanjutkan perjalanan ke Pulau Weh melalui Pelabuhan Ulee Lheue. Bandara Sultan Iskandar Muda berada di wilayah Aceh Besar, maka untuk bisa sampai ke Pelabuhan Ulee Lheue yang berada di Banda Aceh, Anda membutuhkan waktu kurang lebih satu jam dengan menggunakan transportasi umum.
Sebenarnya ada beberapa alternatif transportasi umum menuju Banda Aceh, seperti bus damri, taksi, becak motor dan labi-labi. Jika Anda ingin menggunakan becak motor atau labi-labi, Anda perlu berjalan kaki beberapa meter keluar bandara. Setibanya di pintu keluar bandara, maka akan banyak pengemudi becak motor dan labi-labi yang menawarkan jasanya. Untuk itu, Anda perlu melakukan penawaran agar Anda mendapatkan tarif yang tidak terlalu mahal. Namun, jika Anda bermaksud menggunakan Damri atau taksi, Anda akan dengan mudah menemukannya di area bandara dan tentu saja dengan tariff yang telah disesuaikan.
Setelah sampai di Pelabuhan Ulee Lheue-Bandar Aceh, Anda masih perlu melanjutkan perjalanan lagi ke Pelabuhan Balohan untuk sampai di Pulau Weh. Akses dari pelabuhan Ulee Lheue ke pelabuhan dapat ditempuh dengan menggunakan kapal Rondo atau kapal feri. Untuk menggunakan transportasi ini Anda perlu mengetahui jadwal keberangkatan keduanya. Kapal cepat memiliki dua kali jadwal keberangkatan dalam satu hari, sedangkan kapal feri memiliki tiga kali jadwal keberangkatan. Kemudian, jika Anda memilih menggunakan kapal Rondo, Anda hanya memerlukan waktu 45 menit untuk sampai ke pelabuhan Balohan. Sedangkan, jika Anda memilih menggunakan kapal feri, perjalanan Anda membutuhkan waktu 2 jam untuk sampai di Pelabuhan Balohan.
Setelah melalui perjalanan laut, Anda akan sampai di Pelabuhan Balohan, yang merupakan pintu masuk menuju Sabang, Anda masih harus melanjutkan perjalanan yang kurang lebih menghabiskan waktu selama satu jam untuk sampai di tugu 0 km. Untuk menempuh perjalanan ini, Anda dapat menggunakan transportasi umum atau Anda dapat menyewa kendaraan milik warga sekitar. Karena akan banyak warga yang membuka usaha rental kendaraan, baik motor ataupun mobil untuk memudahkan wisatawan menjelejajahi berbagai destinasi wisata yang ada di Sabang.
Karena adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan fasilitas wisata yang ada di Sabang, maka jalanan menuju destinasi wisata yang ada di sabang telah diperbaiki. Sehingga, selama perjalanan Anda akan melalui jalanan yang mulus. Sehingga Anda hanya akan membutuhkan waktu kurang lebih 45 menit untuk sampai di tugu Kilometer 0 Indonesia. Selain kemudahan akses menuju tugu Kilometer 0 Indonesia, Anda juga akan disuguhkan oleh pemandangan alam yang menawan di sisi kiri dan kanan selama perjalanan. Walaupun Sabang, termasuk wilayah kota, namun kondisinya sangat berbeda dari kondisi kota besar pada umumnya. Sehingga selama perjalanan, Anda akan betul-betul menikmati suasana Sabang yang menyenangkan. Kemudian, mendekati lokasi tugu Kilometer 0 Indonesia, perjalanan Anda akan dilanjutkan dengan menelusuri hutan yang rindang. Sehingga tak jarang selama perjalanan akan ada beberapa kawanan monyet yang seolah-olah menyambut perjalanan Anda.
3. Wisata di 0Km
Setelah sampai di tugu 0Km, Anda akan disajikan oleh pemandangan Sabang yang sangat indah. Titik 0km Indonesia ini akan sangat mudah Anda temui, karena anda akan disambut oleh tugu besar bertuliskan “Kilometer 0 Indonesia”. Tugu Kilometer 0 Indonesia ini sendiri diresmikan pada tahun 1997 oleh Wakil Presiden Indonesia, Bapak Tri Sutrisno. Tugu Kilometer 0 Indonesia ini memiliki tinggi sekitar 43,6 meter sehingga tugu ini nampak kokoh berdiri. Tugu ini sendiri sengaja didirikan sebagai penanda wilayah Indonesia yang mengagumkan. Pemerintah daerah turut berperan serta menjaga tugu ini, tugu ini, sehingga dalam kurun waktu beberapa tahun, tugu ini akan direnovasi atau di cat ulang.
Tugu Kilometer 0 Indonesia ini menjadi alternatif wisata selain wisata alam yang membentang indah di Sabang. Apabila Anda berkunjung ke Tugu Kilometer 0 Indonesia ini, Anda juga akan dengan mudah menemukan destinasi wisata lain, karena jaraknya yang terbilang cukup dekat. Anda dapat mengunjungi Pantai Iboih, Taman bawah laut Pulau Rubiah, Danau Aneuk Laot, Pantai Sumur Tiga, air Terjun Pria Laot, pantai Anoi Itam, Pantai Ujung Kareung dan destinasi wisata alam lainnya yang juga terletak di Sabang.
Destinasi wisata yang ada di Sabang memang sangat indah, sehingga ketika Anda telah puas menikmati pemandangan dan menyusuri tugu Kilometer 0 Indonesia, Anda memang disarankan menikmati juga berbagai wisata di sekitarnya. Apalagi jika Anda menyewa kendaraan, tentunya akan sangat mudah bagi Anda untuk berjalan-jalan mengelilingi Sabang.
4. Fasilitas Wisata Kilometer 0 Indonesia
Adanya lagu nasional yang mengenalkan wilayah Indonesia, terjuntai sepaanjang Sabang hingga Merauke, menjadikan wisatawan yang berkunjung ke Sabang mengupayakan diri untuk mengunjungi Kilometer 0 Indonesia. Karena selain dapat melihat pemandangan sekitar Sabang, anda juga dapat berfoto di tugu ini, karena memang tugu ini dibangun dengan indah. Sebagaimana fasilitas yang lain, fasilitas wisata di Kilometer 0 Indonesia pun telah berupaya diperbaiki dan dipenuhi untuk memudahkan para wisatawan. Dengan mudah Anda akan menemukan warung-warung yang menjual makanan ringan dan makanan khas aceh. Namun jika Anda ingin menikmati pengalaman lain di sekitar Sabang, seperti diving atau snorkeling, dapat mengunjungi Pantai Iboih atau Taman Bawah Laut Rubiah yang tidak jauh dari tugu Kilometer 0 Indonesia. Karena disana, Anda akan dapat melakukan banyak kegiatan air, yang juga dilengkapi oleh beragam fasilitas menunjang.
Bagi Anda yang berniat untuk bermalam di sekitar Kilometer 0 Indonesia yang juga dekat dengan tempat wisata lainnya, Anda dapat menyewa penginapan yang ada di sekitar Pantai Iboih. Karena di sekitar Pantai Iboih, anda akan dengan mudah menemukan beragam jenis penginapan, seperti cottege atau hotel dengan harga yang bervariasi. Bahkan terdapat penginapan yang mengusung tema klasik untuk desain penginapannya, dan laut Iboih sebagai pemandangan utamanya. Hal ini tentu saja akan menambah suka cita Anda selama ada di Sabang. Apabila Anda ingin membeli oleh-oleh, Anda juga akan dengan mudah menemukan toko kerajinan yang menjual souvenir khas Sabang di lokasi ini.
Dilengkapinya beragam fasilitas yang ada di wilayah Sabang memang sudah menjadi tujuan bagi pemerintah bersama warga masyarakat sekitar, untuk mengelola daerah Sabang sebagai salah satu destinasi wisata bahari Indonesia. Sehingga diharapkan kecantikan alam Indonesia, khususnya wilayah Sabang dapat lebih dikenal oleh wisatawan. Dampak positif lain yang diharapkan juga adalah wisata bahari dapat meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, yang selama ini hanya mengandalkan kegiatan melaut untuk bertahan hidup.
5. Perkiraan Akomodasi ke Tugu Kilometer 0 Indonesia
- Transportasi Banda Aceh-Pelabuhan Ulee Lheue : Rp 25.000
- Transportasi Pelabuhan Ulee Lheue-Pelabuhan Balohan : Rp 20.000
- Transportasi Pelabuhan Balohan-Tugu Kilometer 0 Indonesia : Rp 20.000
6. Tips Kunjungan Tugu Kilometer 0 Indonesia
- Jika Anda ingin menikmati kesunyiaan khas pantai Iboih, maka pilihlah waktu yang tepat/ bukan waktu libur bersama
- Perhatikan peraturan lokal mengenai larangan kapal untuk berlayar, seperti: ketika bulan
- Ramadhan, ketika peringatan hari tsunami Aceh, ketika hari kemerdekaan RI
- Mengecek kondisi alam di wilayah menuju Sabang melalui informasi BMKG, karena jika kondisi terlalu ekstrem maka kapal menuju pelabuhan Pulau Weh tidak akan berlayar
- Perhatikan beberapa kebijakan masyarakat sekitar mengenai pengelolaan wisata di sekitar tugu Kilometer 0 Indonesia.